Lukisan Pria di Dinding Janjang Ampek Puluah

  


Lukisan sesosok pria terpampang jelas di salah satu dinding yang ada di Janjang Ampek Puluah Bukittinggi. Di samping gambar pria tersebut tertulis Usmar Ismail 1921-1971. Di bawah tulisan itu tertulis Bapak perfilman, Pahlawan Nasional Lahir di Bukittinggi. 

Berdasarkan gambar yang ada kita bisa mengetahui siapa sosok yang terlukis jelas di dinding Janjang Ampek Puluah ini. Usmar Ismail lahir di Bukittinggi 20 Maret 1921. Bapaknya bernama Ismail Datuak Tumangguang, guru sekolah kedokteran di Padang. Ibunya bernama Siti Fatimah. Keluarganya berasal dari Lintau, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. 

Selama hidupnya, Usmar Ismail pernah menjadi Tentara, wartawan hingga menjadi tokoh perfilman. Menjadi seorang tentara dia lakoni ketika Belanda kembali lagi ke Indonesia bersama tentara sekutu. Dia berdinas di Yogyakarta dengan pangkat Mayor. Selang waktu berikutnya Usmar Ismail bersama dua rekannya, Sjamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi mendirikan surat kabar yang diberi nama "Rakyat". Dia juga pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia tahun 1946 - 1947.

 

Puisi di samping gambar Usmar Ismail

Perjalanan hidup membawa dia ke dunia perfilman. Usmar Ismail mulai menaruh perhatian dan keseriusan terhadap dunia perfilman. Usmar Ismail pernah menjadi ketua Badan Permusyawaratan Kebudayaan Yogyakarta tahun 1946 hingga tahun 1948. Sebagai ketua Serikat Artis Sandiwara Yogyakarta  tahun 1946 hingga tahun 1948. Dia juga dikenal sebagai pendiri Perusahaan Film Nasional Indonesia bersama Djamaluddin Malik.

Darah dan Doa, adalah salah satu karya Usmar Ismail pada tahun 1950. Usmar Ismail menjadi sutradara sekaligus produser film ini. Film Darah dan Doa mengisahkan tentang perang di Indonesia. Film ini berlatar belakang kisah Kodam Siliwangi dalam long march menuju Jawa Barat. Film ini juga dirilis di manca negara dengan judul Long March.

Selain film Darah dan Doa, masih banyak film lain yang digara Usmar Ismail. Diantaranya Harta Karun (1949), Enam Djam di Djogja (1951), Dosa Tak Terampun (1951), Lewat Djam Malam (1954) dan masih banyak yang lainnya.


Tahun 1962 Usmar Ismail mendapatkan penghargaan dari Presiden Soekarno berupa Piagam Wijayakusuma. Usmar Ismail meninggal pada tanggal 2 Januari 1971 dan dimakamkan di TPU Karet Bivak. Nama Usmar Ismail diabadikan sebagai pusat perfilman Jakarta, yakni Pusat Perfilman H. Usmar Ismail. Atas jasa-jasanya terhadap dunia perfilman di tanah air, pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia, tepatnya pada tanggal 30 Oktober 2021. Seratus tahun setelah kelahiran Usmar Ismail. Cerita lengkapnya bisa ditemui pada halaman :

https://id.wikipedia.org/wiki/Usmar_Ismail


Referensi : https://id.wikipedia.org/