“Janjang” di Seputaran Pusat Kota Bukittinggi

 


Bukittinggi, sesuai dengan namanya merupakan kota yang terletak di daerah ketinggian. Sebagai daerah yang terletak di ketinggian, sekeliling pusat kota Bukittinggi terdapat banyak “janjang” atau dalam bahasa Indonesia disebut jenjang. Janjang yang ada di sekitar pusat kota Bukittinggi antara lain :

Janjang Ampek Puluah

Janjang Ampek Puluah, atau kalau diartikan ke Bahasa Indonesia Jenjang Empat Puluh. Janjang Ampek Puluh menghubungkan daerah Pasa Banto (Pasar Banto) dengan Pasa Ateh (Pasar Atas). Sejak dulunya masyarakat yang tinggal di sekitar Bukittinggi, seperti dari Nagari Gadut, Ampek Angkek, Kapau ataupun derah lain yang hendak berbelanja ke Pasa Ateh Bukittinggi kerap melintasi Janjang Ampek Puluah ini.

Janjang Ampek Puluah di bangung dimasa pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya tahun 1908. Pembangunan dilaksanakan di masa Louis Constant Westenek menjabat sebagai Asisten Residen Agam. Janjang Ampek Puluah ini lebih dahulu dibangun dibandingka dengan Jam Gadang

Nama Janjang Ampek Puluah diambil dari jumlah anak tangga yang 40 buah. Jumlah anak tangga yang 40 ini bukan dihitung dari pangkal sampai ujung Janjang Ampek Puluah, karena kalau dihitung dari pangkal sampai ujung jumlah anak tangga kurang lebih 100 anak tangga. Jumlah anak tangga yang 40 ada dibagian atas atau bagian puncak Janjang Ampek Puluah ini. Bagian atas Janjang Ampek Puluah ini lebih curam dibandingkan bagian bawah.

 

Janjang Gudang

Janjang Gudang merupakan Jenjang yang menghubungkan Jalan Perintis Kemerdekaan dekat Hotel Jogja dengan Pasar Atas dan Pasar Lereng Bukittinggi. Dahulu kala Janjang Gudang ini dikenal sebagai tempat penyimpanan kopi. Saat ini di kiri dan kanan Janjang Gudang ini sudah dimanfaatkan sebagai tempat berjualan. Ada yang berjualan makanan dan minuman, berjualan pakaian, berjualan aksesories dan lain lain.


Janjang Inyiak Sjech Bantam

Janjang Inyiak Sjech Bantam menghubungkan Pasa Aua Tajungkan dengan Pasa Lereng Bukittinggi. Janjang ini terletak di sebelah Surau Inyiak Sjech Bantam. Inyiak Sjech Bantam adalah seorang ulama pejuang dari Cilegon yang di buang oleh pemerintah Hindia Belanda ke Bukittinggi.

Di Bukittinggi K.H. Haris bin Muzafar atau yang dikenal masyarakat Bukittinggi dengan Inyiak Sjech Bantam meneruskan dakwah dan mendirikan sebuah surau yang dikenal dengan nama Surau Inyiak Sjech Bantam. Surau Inyiak Sjech Bantam ini terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan no 49 atau bersebelahan dengan Janjang Inyiak Sjech Bantam. Janjang Inyiak Sjech Bantam ini dibangun seiring dengan pembangunan Janjang Ampek Puluah.

Janjang Minang

Janjang Minang menghubungkan Jalan Ahmad Yani dengan Pasa Ateh Bukittinggi, tepatnya di jalan Minang Kabau. Seperti halnya Janjang Gudang, di kiri dan kanan Janjang Minang ini sudah dijadikan tempat berjualan. Ada beberapa toko yang terletak di kiri dan kanan Janjang Minang, ada toko sepatu, toko pakaian dan toko elektronik. Di tengah tengah Janjan Minang ini dibangun patung Harimau yang berdiri gagah menghadap ke pengunjung yang hendak pergi dari Jalan Ahmadi Yani menuju Pasar Atas Bukittinggi.

Janjang Pasanggrahan

Janjang Pasanggrahan menghubungkan Jalan Ahmad Yani atau Kampung Cina Bukittinggi dengan Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi atau yang lebih dikenal dengan Kebun Binatang Bukittinggi.

Berjalan dari arah Jalan Ahmad Yani menuju bagian atas Janjang Pasanggrahan ini akan membawa kita tepat ke dekat pintu masuk Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi. Di kiri dan kanan Janjang Pasanggrahan ini banyak dijadikan tempat tinggal masyarakat yang kebanyakan etnis Tionghoa. Sebagian ada juga yang dijadikan Ruko dan Hotel Melati.

 

Referensi

https://id.wikipedia.org/

https://bukittinggiku.com/